Efek Loekman, Banteng Lamteng Kocar Kacir

BANDARLAMPUNG (PeNa) – Terbelah, simpatisan dan kader PDI Perjuangan Lampung Tengah ragukan kemenangan Loekman Djoyosoemarto diajang pemilihan kepala daerah serentak September 2020 mendatang.

Tidak hanya dikalangan kader dan simpatisan, dalam internal kepengurusan hingga fraksi pun, partai yang dinahkodai Megawati Soekarnowati itu pun mulai tak harmonis. Kepemimpinan Loekman Djoyosoemarto sebagai bupati dan ketua DPC dinilai sebagai salah satu faktor ketidakharmonisan itu.

Bacaan Lainnya

Dikalangan kader dan simpatisan, Loekman dianggap kurang dapat mengayomi hingga kalangan bawah. Sepak terjangnya ditengah masyarakat dengan program gotong royongnya dinilai tidak berdampak langsung terhadap simpatisan dan kader. Dikalangan pengurus internal dan fraksi, pola kerja Leokman sebagai bupati ‘serep’ sepeningal Mustafa, justru dirasa kerap menimbulkan intrik dalam partai, terutama dari sisi loyalitas .

“Betul ketika menjadi seorang bupati dia sudah menjadi milik masyarakat, tapi perlu diingat, dia jadi bupati itu karena partai. Nah seperti apa loyalitasnya terhadap partai itu seharusnya diuji sebelum berkecimpung dalam partainya. Dan saya rasa wajar ketika ‘outsider’ tiba-tiba jadi anggota partai, kemudian duduk jadi bupati dan kemudian tidak loyal dengan partainya. Itu pola kader karbitan. Saya rasa sekelas PDI Perjuangan yang memiliki sekolah pengkaderan harus mepertimbangkan itu,” ujar praktisi hukum dan juga pengamat politik DR Yusdiyanto SH MH melalui ponselnya.

Dan menilik kinerja, dijelaskan Yusdiyanto, kondisi ekonomi mikro di Lampung Tengah nyaris tidak beranjak dari tahun sebelumnya. “Dengan kesempatan langka ini tidak digunakan secara maksimal. Apa yang sudah dibuat untuk Lamteng. Lihat secara mendetail dari perencanaan, pelaksanaan penganggaran hingga evaluasi dalam output visi misi. Jangan lupa, dia adalah bupati ‘sambung’ artinya program visi dan misi nya masih jadi satu kesatuan paket,” tegasnya.

Dalam intrik internal partai hingga fraksi, secara gamblang dapat terlihat tidak dapat bersatu padunya antara eksekutif dan legeslatif. Sebagai partai pemenang dengan 11 kuris di DPRD Lamteng, PDI Perjuangan seharusnya menjadi partai besar dengan kemampuan logistik yang mempuni.

“Iya itu berbeda perlakuan dengan kader dan simpatisan. Bergerak diintenal, Loekman seperti jadi momok. Keberadaan Loekman justru menjadi beban an-kawan partai lainnya. Mereka tersandera dengan nama besar partai, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Ini pasti jadi dilema dalam internal dan fraksi. Pasti yang mereka alami adalah kesulitan logistik untuk menggerakkan mesin partai. Mereka (fraksi) paham itu,” tegasnya.

Yusdiyanto menilai, gonjang-ganjing Loekman yang ngotot memilih Ilyas Hayani Muda sebagai pendampingnya juga akan berdampak pada elektabilias. “Kan sudah pegang surat mandat ya kalau gak salah, saya rasa penentuan nama wakil juga menjadi salah satu pengaruh besar. Ini pertarungan politik pak, salah satu langkah akan menghaburkan lima atau sepuluh langkah didepannya. Dan per hari ini, kompetitor politik disebelah sana sedang menikmati ketidak harmonimasi yang sedang terjadi,” ungkapnya.

oleh Budi Bowo L

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.