Keluarga Endang Jerit Minta Keadilan, RS Advent Lampung Bantah Dugaan Malpraktik

LAMPUNG – (PeNa), Tangis keluarga Endang Febriaki pecah setelah operasi di RS Advent Bandar Lampung meninggalkan luka panjang. Mereka menduga terjadi malpraktik medis yang merenggut kesehatan Endang.

Kuasa hukum korban, Muhammad Akbar, menuturkan kliennya kini hidup dengan penderitaan berat pasca operasi. Endang harus bergantung pada alat bantu medis setiap bulan untuk bertahan.

Bacaan Lainnya

“Klien kami mengalami luka berat pasca operasi dan kini harus memakai alat bantu. Kami berharap hukum membuka kebenaran agar kasus serupa tak terulang,” jelas Akbar.

Kasus bermula ketika Endang masuk rumah sakit dengan keluhan demam. Dokter mendiagnosa batu empedu serta miom lalu menyarankan operasi pengangkatan rahim, yang dilakukan pada 23 Juni 2025.

Namun setelah operasi, Endang mengeluhkan perut kembung dan kesulitan buang air kecil. Kondisi itu semakin memburuk hingga akhirnya ia dirujuk ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan lanjutan.

Hasil CT Scan di rumah sakit rujukan menunjukkan ginjal Endang terendam cairan urine. Dugaan kuat muncul adanya saluran ureter terputus saat proses pembedahan sebelumnya berlangsung.

Endang akhirnya menjalani operasi kedua untuk pemasangan selang di punggung kanan dan kiri. Dari tindakan tersebut, kondisinya perlahan membaik, meski trauma masih membekas dalam.

Tak tinggal diam, keluarga melaporkan kasus ini ke Polresta Bandar Lampung dengan nomor LP/B/1300/IX/SPKT/Polresta Bandar Lampung, sambil meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit.

Selain laporan polisi, keluarga juga mengajukan pengaduan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) serta Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Namun hingga kini, belum ada hasil.

Pihak RS Advent akhirnya buka suara. Kabag Humas dan Marketing RS Advent, Hodner Gultom, menyebut tindakan operasi Endang telah sesuai standar operasional prosedur rumah sakit.

“Saya kaget mendengar laporan polisi. Berdasarkan audit internal, operasi sudah sesuai SOP. Kami melakukan tindakan sesuai prosedur dan siap diperiksa kepolisian,” tegas Hodner.

Ia menambahkan, setiap operasi tidak ditangani satu orang dokter saja. Selalu ada tim lengkap mulai dokter bedah, dokter anestesi, perawat hingga bagian instrumen medis.

“Setiap keluhan pasien langsung kami audit. Hasil audit menunjukkan pelaksanaan operasi sesuai SOP. Namun jika dipanggil kepolisian, kami tentu akan kooperatif,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.