BANDARLAMPUNG (PeNa) – Ratusan Warga Kampung Jambu, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandarlampung mengeluhkan polusi debu batubara yang mencemari pemukiman warga akibat adanya aktifitas yang ditimbulkan oleh cerobong asap PT. Louis Dreyfus Company (LDC), Rabu (22/2/2023).
Warga di wilayah ini mengaku resah karena PT. LDC berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk.
Angga salah satu warga yg terdampak polusi debu batu bara tersebut mengatakan, dirinya bersama warga lain sangat merasakan adanya polusi udara dari pembakaran batubara PT. LDC.
“Polusinya sampai sini, ada 3 RT yang kena yaitu 21, 22, 23. Tapi yang berdampak bener RT 21 dan 23,” ujarnya.
Angga mengungkapkan, sebelum dikomplain warga, perusahaan tersebut sempat beroperasi siang dan malam sehingga sangat menggangu warga. Apalagi ketika musim kemarau, polusi asap dari batubara itu terlihat jelas. Debunya menempel di dinding dan teras rumah.
“Sekarang operasinya tak tentu, tapi seringnya malam hari. Jadi kalau malam terasa betul karena asapnya nyebar ke rumah warga. Apalagi musim hujan tiba, lantai teras rumah jadi hitam karena debu yang nempel menumpuk dan membuat kotor pekarangan,” terangnya.
Iya bersama warga lainnya berharap agar perusahaan memperhatikan dan mencari solusi atas keluhan warga setempat.
“Dulu awal-awal cuma ngasih sembako, sekarang udah tidak ada lagi. Itu juga dikasih sesekali tidak setimpal sama kerugian dari polusi yang dihasilkan. Harusnya perusahaan lebih perhatian dengan warga sini karena dekat dengan perusahaan,” imbuhnya.
Warga lainnya berinisial I juga merasakan adanya dampak polusi udara dari pembakaran batubara PT. LDC. Bahkan, menurutnya debu batubara itu kerap menyebar dan masuk ke dalam rumah.
“Debunya kemana-mana, kadang teras itu hitam numpuk. Jadi harus rajin-rajin nyapu teras rumah biar tak kotor,” ujarnya.
Dikhawatirkan polusi debu pembakaran batubara berdampak terhadap kesehatan anak-anak. Pasalnya, perusahaan itu berada di tengah-tengah pemukiman warga dan tempat bermain anak-anak mereka.
“Kasihan anak-anak hirup udara udah tercemar. Kadang ada yang batuk-batuk sehabis main, kan posisi perusahaan dekat sama pemukiman. Terus, ada juga warga lain ibunya Andi, sekarang perawatan rutin di rumah sakit,” imbuhnya
Perusahaan diminta agar lebih memerhatikan warga sekitar dan mencarikan solusi atas dampak polusi batubara PT. LDC.
“Kami pengen perusahaan mencari solusi dan pemerintah juga harus ambil sikap, sebelum menimbulkan hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.
Sementara itu, pihak PT. LDC belum dapat memberikan tanggapan terkait keluhan warga tersebut. Saat ditemui, salah satu petugas yang enggan disebutkan namanya mengaku pimpinan sedang tidak ada di kantor. “Pimpinan tidak ada di kantor mas,” singkatnya. (V)






