LAMPUNG – (PeNa), Di balik keindahan Teluk Kiluan yang tersohor dengan lumba-lumba dan hamparan laut biru, tersimpan kegelisahan warga akan ancaman bencana tsunami.
Ketakutan itu kini dijawab sekelompok mahasiswa Universitas Lampung (UNILA) lewat inovasi “Smart Reef Initiative.” Sebuah terobosan sederhana berbasis teknologi, namun memberi harapan baru bagi masyarakat pesisir.
Selama sebulan penuh, mereka hidup bersama warga, menyelam ke dasar laut, memasang lima unit terumbu karang buatan yang sekaligus berfungsi sebagai sistem peringatan dini tsunami.
Lebih dari sekadar proyek akademik, upaya ini menjadi bukti bahwa generasi muda tak hanya pandai bermimpi, tetapi berani melahirkan solusi nyata bagi bangsanya.
Di sela aktivitas teknologi, mereka juga melakukan transplantasi 150 bibit terumbu karang, menanam 1.000 pohon mangrove, dan mengajari anak-anak Kiluan tentang mitigasi bencana.
Bagi warga, aksi ini bukan sekadar kegiatan pengabdian. Ia hadir sebagai cahaya optimisme, bahwa keindahan laut Kiluan bisa tetap terjaga dan terlindungi.
Program ini lahir dari ajang Genera-Z Berbakti Bakti BCA, yang menyeleksi lebih dari 250 proposal mahasiswa, hingga terpilih empat tim pemenang terbaik, termasuk UNILA.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menegaskan bahwa program ini bukan hanya lomba, tetapi wadah nyata bagi generasi muda mengubah kegelisahan menjadi harapan.
“Program Genera-Z merupakan manifestasi komitmen kami mendorong generasi muda berkontribusi nyata bagi masyarakat, sekaligus menciptakan ekosistem pemberdayaan berkelanjutan di Desa Bakti BCA,” ujar Hera F. Haryn.
Ia menambahkan, keterlibatan generasi muda menjadi sangat penting karena mereka adalah sumber gagasan kreatif, dan akan selalu menjadi pelopor perubahan di tengah masyarakat.
“Generasi muda adalah pelopor perubahan, dan melalui program ini kami menyiapkan mereka untuk merealisasikan visi masa depan Indonesia yang berkelanjutan,” ungkap Hera.
Kini, setelah sebulan mengabdi, jejak mahasiswa UNILA tertinggal di Kiluan. Bukan hanya pada terumbu buatan di dasar laut, tetapi pada hati warga yang kembali optimis.






