Tentara Senegal telah memasuki Gambia untuk memastikan Adama Barrow memangku kekuasaan sebagai presiden baru negara itu. Peristiwa ini terjadi tak lama setelah Barrow mengambil sumpah jabatan di Kedutaan Gambia di ibukota Senegal.
Dilansir BBC, Jumat (20/1/2017), Barrow telah diakui secara internasional. Tapi Presiden Gambia sebelumnya Yahya Jammeh telah menolak untuk berhenti dan didukung oleh parlemen.
Para pemimpin Afrika Barat telah mengancam menurunkan Jammeh dengan paksa. PBB telah memberikan dukungan mereka untuk Barrow.
15 negara anggota Dewan Keamanan PBB menekankan pada Kamis (19/1), pengambilalihan kekuasan harus “diutamakan dengan cara politik.” Juru bicara militer Senegal, Kolonel Abdou Ndiaye, mengatakan pasukan negara itu memasuki Gambia pada Kamis sore.
AFP juga melaporkan, Nigeria pada hari itu melakukan “pengintaian angkatan udara bersenjata di atas Gambia.” “Mereka (tentara Nigeria) memiliki kapasitas untuk menyerang,” kata juru bicara Angkatan Udara Nigeria Ayodele Famuyiwa.
Pasukan militer di kawasan Afrika Barat telah menjelaskan, mereka siap untuk memperlancar transisi kekuasaan di negara yang menjadi tujuan pantai populer di kalangan wisatawan Eropa.
Barrow mengambil sumpah di kedutaan Gambia di Dakar, Senegal. Dalam pidato pelantikannya, ia memerintahkan semua pasukan bersenjata Gambia untuk tetap di barak mereka.
“Mereka yang ditemukan membawa senjata secara ilegal ditetapkan sebagai pemberontak,” ujarnya memperingatkan.
Duta negara-negara barat di Senegal, utusan PBB untuk Afrika Barat dan para pejabat dari blok regional ECOWAS (Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat) menghadiri upacara tersebut. Ratusan ekspatriat Gambia berkumpul di luar kompleks.
Sementara itu, masa kepemimpinan Jammeh telah diperpanjang selama tiga bulan oleh mayoritas dua-pertiga anggota parlemen. Beberapa ahli mengatakan ia masih memiliki klaim yang sah untuk dipanggil presiden negara itu.
Menteri Informasi Gambia Sidie Njie mengatakan Mr Jammeh tidak akan meninggalkan kantornya.