Disdikbud Pesawaran Telah Koordinasikan Soal Siswa SD Yang Tidak Naik Kelas

 

 

P E S A W A R A N – (PeNa), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pesawaran telah berkoordinasi soal sejumlah siswa SD Negeri 3 Padang Cermin yang tidak naik kelas pada tahun ajaran 2020-2021.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pesawaran Fauzan Suaidi mengatakan bahwa persoalan tersebut telah diselesaikan dengan beberapa solusi yang mendidik dan sesuai dengan kaidah pendidikan.

“Kemarin sudah dikoordinasikan, diantaranya adalah memberikan tugas pelajaran kepada siswa yang dimaksud, jadi naik kelas namun dengan syarat. Karena, siswa tersebut tidak mengerjakan soal saat ulangan atau ujian kenaikan kelas yang dilangsungkan dengan daring, ” kata dia, Selasa (22/06/2021).

Tentang kaca yang pecah akibat diketapel oleh siswa yang tidak naik kelas nantinya tidak ada tuntutan dari pihak sekolah.

“Kalau soal kaca yang pecah ya tidak ada masalah itu, kita tidak akan tuntut menuntut, kan namanya juga anak-anak. Yang kita tekankan adalah bagaimana caranya agar anak tersebut tetap sekolah sehingga dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, kita tidak tau lho. Siapa tau anak tersebut nantinya malah jadi orang, ” tutur dia.

Informasi yang beredar, lima murid SD Negeri 3 Padang Cermin tidak naik kelas dan melampiaskan kekesalan dengan memecahkan kaca sekolah dari kejauhan.

Darman, salah satu wali murid yang tidak naik kelas mengatakan, sebelumnya mereka datang ke sekolah karena dipanggil untuk remedial.

“Mereka kan dikasih surat panggilan ke sekolah buat remedial, tapi malah dengar kabar kalau anak-anak ini mecahin kaca sekolah,” kata Darman.

Menurutnya, perbuatan yang dilakukan anak murid tersebut merupakan bentuk kekesalan dan rasa malu karena tidak naik sekolah.

“Iya pikir mereka kan sudah besar karena mau naik ke kelas 6, malu sampe gak naik kelas, mereka sempat bilang tidak mau sekolah lagi kalau gak naik kelas,” ujar dia.

Ia menambahkan, anak murid yang dinyatakan tidak naik kelas sebenarnya selalu ada dari tahun ke tahun.

“Ya ini kan situasi pandemi covid-19, mereka harus belajar dirumah sistem juga daring kan, sedangkan disini susah sinyal, rata-rata wali murid disini buruh tani, yang tidak semuanya paham teknologi,” kata dia.

 

Oleh: sapto firmansis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.