BANDARLAMPUNG – (PeNa), Harga beras di pasar tradisional dan supermarket di Bandar Lampung mengalami kenaikan signifikan selama empat bulan terakhir.
Kondisi ini memicu keresahan di kalangan konsumen dan pedagang, terutama menjelang musim panen yang masih beberapa bulan lagi.
Sejak Juni, harga beras naik hingga 15%. Beras premium yang sebelumnya berkisar Rp12.000 per kilogram kini mencapai Rp14.000 hingga Rp15.000 per kilogram. Sementara, harga beras medium yang awalnya Rp11.000 per kilogram meningkat menjadi Rp12.000 per kilogram.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat cuaca ekstrem yang mengganggu hasil panen di banyak daerah. Selain itu, kenaikan harga pupuk dan biaya distribusi juga memperburuk situasi ini.
Cuaca tidak menentu, ditambah curah hujan tinggi, menyebabkan banyak petani gagal panen, mengakibatkan pasokan beras di pasaran berkurang drastis.
Dampaknya sangat terasa pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang bergantung pada beras sebagai kebutuhan pokok sehari-hari.
Para pedagang juga mengeluhkan daya beli masyarakat yang terus menurun.
“Saya terpaksa menaikkan harga jual beras, padahal pembeli sudah semakin sepi. Orang-orang sekarang lebih memilih membeli beras dalam jumlah kecil,” ungkap Hadi Putra, pedagang beras di Pasar Tempel, Bandar Lampung, Selasa, (1/10/2024).
Masyarakat berharap pemerintah mengambil langkah konkret agar stabilitas pasokan dan harga bisa terjaga, terutama di tengah ekonomi yang makin sulit.
“Kenaikan harga beras ini sangat memberatkan kami. Sebagai ibu rumah tangga, saya harus mengatur ulang anggaran belanja bulanan karena harga kebutuhan lain juga naik. Beras adalah makanan utama, jadi tidak mungkin mengurangi konsumsinya.” ujar Elis seorang ibu rumah tangga.
“Sekarang, kami terpaksa membeli beras dengan kualitas lebih rendah agar tetap bisa memenuhi kebutuhan. Ini sangat menyulitkan, apalagi pendapatan suami tetap, sementara harga-harga terus naik. Kami berharap pemerintah segera bertindak untuk menstabilkan harga beras,” tambah Elish,
Tanggapan seperti ini mencerminkan dampak nyata dari kenaikan harga beras, terutama bagi keluarga yang berjuang mengatur keuangan di tengah situasi ekonomi yang menantang.