Tim Juri AK-PWI 2023 Terpesona Dengan 10 Bupati Dan Wali Kota

 

J A K A R T A – (PeNa), Wartawan senior sekaligus Rektor Universitas Multi Media Nusantara Ninok Leksono mengaku bisa bertemu dengan 10 kepala daerah yang mendapatkan Anugerah Kebudayaan (AK) PWI Pusat tahun 2023, merupakan hal yang mengesankan.

Menurutnya, sebagai Juri tidak saja punya kesempatan bertatap muka, tetapi juga mendapat contoh dan ilustrasi capaian yang ada pada 10 kota dan kabupaten yang masuk final kali ini. Tak bisa lain kecuali mengapresiasi kinerja bupati/wali kota yang telah sungguh-sungguh bekerja untuk memajukan daerah masing-masing.

“Harapan saya, selain mencerdaskan kota dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, fokus pembangunan tetap pada peningkatan kesejahteraan warga masyarakat,” kata Ninok, Sabtu (28/01/2023).

Ninok Leksono yang dikenal luas sebagai pelaku dan pecinta kesenian tradisi Jawa juga menuturkan bahwa hal lain yang tidak kalah penting adalah daerah harus meningkatkan konsentrasinya terhadap bencana yang kerap terjadi.

“Satu lagi yang tak kalah penting adalah meningkatkan pemetaan wilayah dan mitigasi bencana. Hal ini mengingat pemanasan global semakin menguat dan sering memicu cuaca ekstrem yang banyak menimbulkan bencana khususnya yang bersifat hidrometeorologis,” tutur dia.

Ikut menimpalinya, pengamat kebudayaan dan seni rupa Agus Dermawan T juga mengatakan bahwa penganugerahan kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Untuk diketahui, Anugerah Kebudayaan PWI 2023 mengusung tema “Inovasi Pangan, Sandang dan Pangan”.

“Dengan memilih salah satu dari pangan, sandang dan papan dan para bupati dan wali kota diberi peluang untuk fokus mengelaborasi program yang direncanakan dan program yang sudah dikerjakan, ” kata dia.

Fokus tersebut, lanjutnya, melahirkan rincian penjabaran pada saat presentasi di depan Tim Juri AK-PWI Pusat 2023. Dan semua rincian itu secara umum berhasil disampaikan dengan mempesona.

“Saya yakin, pesona ini muncul lantaran tema yang terpilih sesuai dengan passion kepala daerah,” ucap dia.

Agus Dermawan T yang dikenal sebagai penulis buku-buku best saller tersebut mengaku bahwa yang mengesankan adalah, daya tarik semua itu diberangkatkan dari landasan konsepsi budaya lokal dan nasional.

“Soal pangan misalnya, dibudidayakan dengan dasar-dasar kearifan setempat, dengan ditandai ragam kemasan yang artistik dan bercitra seni lokal. Sandang dikembangkan segala aspeknya dengan visi tradisional, meski dengan sentuhan masa kini. Sehingga motif klasik dipertahankan, motif baru sekaligus diasimilasikan, ” urainya.

Sementara, katanya, papan dibangun dengan pendekatan dan semangat tradisi gotong royong yang liat, dan diwujudkan dalam bentuk arsitektur atau interior yang tak lari dari gaya papan masyarakat.

“Dengan tema spesifik itu, tampilan bupati dan wali kota kali ini terasa ramai dan berwarna-warni. Menyenangkan hati,” tegas dia.

10 kepala daerah yang dimaksud adalah Bupati Pesawaran (Lampung) H. Dendi Ramadhona Kaligis, S.T., M.Tr.I.P dan Bupati Sleman (DIY) Kustini Sri Purnomo yang mengangkat soal sandang. Lalu, Bupati Malang (Jatim) HM Sanusi, Bupati Serdang Bedagai (Sumut) Darma Wijaya, Bupati Kuningan (Jabar) Acep Purnama, Bupati Indragiri Hilir (Riau) HM Wardan, Bupati Agam (Riau) Andri Warman, Bupati Halmahera Selatan (Maluku Utara) Usman Sidik dimana semuanya mengangkat soal pangan.

Kesepuluh bupati dan wali kota tersebut sebelumnya telah melewati verifikasi dan kelayakan serta telah mempresentasikan didepan para juri. Tim juri yang dimaksud adalah seperti Dosen IKJ dan penari senior DR.Nungki Kusumastuti, pengamat kebudayaan dan seni rupa Agus Dermawan T, wartawan senior dan Ketua PWI Pusat Atal S. Depari, dan wartawan senior Yusuf Susilo Hartono.

 

 

Oleh: sapto firmansis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.