PTPN VII Gandeng PT Kapebe Chakra Kelola Teh

JAKARTA-(PeNa), PTPN VII Unit Pagar Alam Sumatera Selatan menggandeng PT Kapebe Chakra untuk mengelola dan memasarkan produk teh buatannya. Hal tersebut setelah penandatanganan nota kerja sama di Kantor PTPN III Holding, Jakarta, Jumat (30/11).
Hadir pada kesempatan tersebut,  Direktur Utama PTPN Grup (holding) Dolly P. Pulungan, Direktur Utama PTPN VII M. Hanugroho, Direktur Utama PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin dan para pejabat utama tiga korporasi tersebut.
Dolly P. Pulungan yang sempat menjadi Dirut PTPN VII pada 2017 dalam sambutannya mengapresiasi terlaksananya kerja sama operasional (KSO) tersebut. Saat memimpin PTPN VII, kata dia, dirinya memberi catatan khusus kepada Unit Kebun dan Pabrik Teh Pagaralam karena tidak pernah mencatatkan keuntungan bagi perusahaan.
“KSO ini adalah opsi terbaik setelah berbagai opsi dijalankan tetapi tak kunjung membaik. Dan alkhamdulillah, meskipun prosesnya lama, hari ini terwujud juga. Saya yakin, kedua belah pihak dengan masing-masing potensinya bisa melejitkan komoditas teh Gunung Dempo ini dalam waktu dekat,” kata dia.
Hal yang sama juga disampaikan  Dirut PTPN VII M. Hanugroho yang merasa optimistis KSO dengan Chakra ini sangat menguntungkan bagi PTPN VII. Menurutnya, perjalanan usaha teh di Unit Pagar Alam telah berjalan amat panjang, bahkan sejak zaman penjajahan.  Namun, pengalaman panjang itu belum memberi kontribusi berarti bagi perusahaan dan dipastikan ada simpul yang tidak pas dalam pengelolaan.
“Oleh karena itu, kesediaan PT Kapebe Chakra sebagai perusahaan teh dengan reputasi baik secara nasional, bahkan internasional akan menjadi kerjasama yang sangat penting dengan tujuan turn around bagi teh Gunung Dempo,” ujar dia.
Oho, sapaan akrab Muhammad Hanugroho menjelaskan bahwa secara kualitas produk yang dihasilkan kebun dan pabrik teh Gunung Dempo sangat baik. Teh hitam yang diolah dengan teknologi standar ini, kata dia, mendapat respons sangat baik di pasar dunia. Namun, ada beberapa faktor sehingga harga jual sebaran pemasarannya masih menjadi kendala.
“Kami punya produk dan state yang sangat baik, tetapi tidak memiliki sebaran pemasaran yang baik sehingga harga jual rendah. Nah, PT Chakra ini punya yang kita butuhkan. Mereka punya jaringan pemasaran yang luas dengan bargain yang sangat baik. Juga punya strategi dan teknologi yang mapan untuk menghasilkan produk yang diminati pasar mancanegara. Kita padukan potensi ini, saya yakin kita segera leading,” jelas dia.
Tentang kerja sama atau KSO, kata Oho, pola ini adalah ciri korporasi modern yang harus diterapkan. Kerjasama adalah upaya menyeluruh untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar lebih akuntabel. Sebab, kata dia, dengan kerja sama itulah para pihak akan saling melengkapi, mengawasi, mengoreksi, dan menutup segala macam kekurangan yang bisa berdampak negatif.
“Ciri-ciri perusahaan besar dan visioner adalah melakukan kerja sama. Tanpa itu, kita akan menjadi merasa besar, merasa kuat sendiri, padahal sesungguhnya rapuh. Dengan kerja sama, kita bisa saling mengisi untuk menguatkan,” tutur  dia.
Sementara itu, Dirut PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin menyatakan terima kasih atas kepercayaan PTPN VII untuk ikut mengelola dalam aspek teknis maupun pemasaran. Ia mengaku sejak awal masuk ke state plantation di Lereng Gunung Dempo Pagar Alam bersama tim besar  menginap beberapa hari di lokasi setahun lalu sudah jatuh cinta.
“Itu karena sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya bawa tim lengkap. Ada direktur operasional, ada pakar teh, dan tenaga teknis lainnya, waktu itu. Kalau tidak prospektif, kami tak akan lama-lama di sana. Dan alkhamdulillah, kita ketemu di tempat ini untuk menentukan kepastian langkah,” kata dia.
Rachmat mengakui, ada beberapa standar operasional pengelolaan teh Pagar Alam, baik on farm maupun off farm yang harus dibenahi agar mendapat respons pasar dengan harga menguntungkan. Namun, ia mengaku tidak membutuhkan perubahan mendasar untuk memenuhi standar itu.
Dalam kerja sama yang ditanda tangani, dua belah pihak sepakat untuk memperbaiki operasional dari hulu sampai hilir. Pihak PTPN VII akan memberi ruang secukupnya untuk mengintervensi proses pengelolaan kebun dari perawatan, pemupukan, perbaikan infrastruktur, pemetikan, hingga bahan baku sampai di pabrik. Demikian pula di pabrik, PT Chakra akan menyentuh dan mengawasi untuk memastikan produk yang dihasilkan sesuai standar yang ditetapkan.
“Produk teh ini sangat spesifik. Sebab, ini menyangkut cita rasa yang setiap orang mempunyai kepekaan dan kecenderungan sendiri. Orang Eropa punya kecenderungan selera teh yang berbeda dengan orang Timur Tengah, misalnya. Makanya, kita butuh sentuhan spesifik agar diterima pasar. Dan itu butuh keahlian dari awal sampai akhir, ” tegas dia. PeNa-spt/rls.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.