PRINGSEWU-(PeNa) Wakil Bupati Kabupaten Pringsewu, Fauzi beraudiensi dengan sejumlah lembaga pendamping pembangunan di ruang kerjanya,Jumat (9/6).
Selain Fauzi selaku wakil bupati, dalam pertemuan tersebut juga hadir beberapa kepala OPD terkait, yakni Bappeda, Dinas PU serta BPLH Pringsewu. Dalam paparannya, lembaga pendamping menyampaikan sejumlah program pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu, diantaranya program Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat (STBM).
Untuk program STBM, dari semua kecamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu, baru Kecamatan Pagelaran yang telah mencapai target sanitasi. Sedangkan dua kecamatan yakni Pardasuka dan Ambarawa dinilai perlu mendapat perhatian serius.
Mewakili salah satu lembaga pendamping, Ikhwan dari Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) juga menuturkan bahwa dari semua kabupaten kota di seluruh Indonesia, baru 15 kabupaten kota yang mendapat program kelanjutan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan ini, dan Pringsewu adalah salah satunya. Secara nasional rata-rata kawasan kumuh mencapai 36 hektar dengan pengesahan SK bupati atau walikota. Sedangkan di Kabupaten Pringsewu mencapai 46,9 hektar yang disahkan bupati, yang berada di Kecamatan Pringsewu dan Ambarawa. “Untuk program ini, secara aturan, pemerintah daerah wajib memberikan dana sharing sebesar 15 %,” kata dia.
M.Rifai dari BDC Pringsewu juga memaparkan mengenai BDC Pringsewu yang fokus untuk mengembangkan ekonomi kreatif. “Di Provinsi Lampung baru Kota Bandar Lampung, Metro, dan Pringsewu yang sudah ada BSC. Dan untuk Pringsewu sedang mempromosikan Jajanan Pringsewu atau Japri,” ujar dia.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Pringsewu, Fauzi mengatakan perlunya dicari metode pemasaran yang efektif dalam mempromosikan dan memasarkan produk jajanan khas Pringsewu tersebut. “Saat ini adalah moment yang sangat tepat, yakni suasana lebaran, dimana banyak sekali para pemudik yang pulang kampung atau melewati Pringsewu, yang tentunya membutuhkan dan mencari oleh-oleh untuk dibawa. Termasuk event-event lainnya,” terang Fauzi.
Menurutnya, salah satu kelemahan di sini adalah belum terbentuknya PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan dan memasarkan produk khas daerah melalui jaringan hotel dan restoran yang menjadi anggotanya. “Di Pringsewu, sebetulnya ada Urban Hotel yang juga siap membantu dengan menyediakan space untuk promosi oleh-oleh Pringsewu,” tutur dia. PeNa-spt.