Menakar Sang Bakal Calon Kada Lampung Tengah

BANDAR LAMPUNG (PeNa) Jelang pilkada serentak yang efektif 3 bulan hingga 27 November 2024 mendatang, Kabupaten Lampung Tengah terasa ‘anyep’. Delapan (8) partai yang memiliki keterwakilan di parlemen pun masih belum memanaskan mesin secara langsam. Kecuali Golkar  yang masih terus intens dengan menjaga temperature mesin politiknya dalam kondisi hangat. Itu  didasari kepala daerah yang merupakan ketua DPD II Lamteng dan sekaligus pemborong kursi legeslatif dengan 13 kursi.

Bacaan Lainnya

Sementara partai dengan 8 kursi yakni Gerindra dan PKB masih malu-malu untuk menjual bacalonkada nya. Sementara itu, PDI Perjuangan dan PKS dengan 5 kursi pun sama, lebih pada wait and see perkembangan politik local, wajar keduanya masih harus berjibaku jika ingin memperoleh posisi tawar. Dan Demokrat, Nasdem dan PAN yang memperoleh kursi masing-masing 4, 4 dan 3 masih berupaya berposisi agar dapat menjadi partai pengusung bukan hanya sekedar partai pendukung.

Mengulik beberapa nama bakal calon kada di Lampung Tengah, semua nama tampaknya masih ‘tiarap’. Alasan nya hampir seperti koor paduan suara, yakni menunggu pergerakan politik tingkatan pilgug Lampung. Nama yang mencoba peruntungan kembali atau pun kali pertama di Lamteng, ada Musa Ahmad. Musa merupakan polikus gaek yang menapak dari bawah. Berangkat dari jabatan Ketua Panwas Kabupaten, Musa meniti karir politiknya di DPRD kabupaten, kemudian pada jenjang nya naik terpilih menjadi DPRD Provinsi Lampung dan tak berselang lama terpilih menjadi Bupati berpasangan dengan Ardito Wijaya. Pernah menjadi navigator Lamteng pada saat bupati Mudiyanto Toyib, menjadikan Musa kadidat terkuat dengan dukungan 13 kursi dan instrument jaringan yang telah dibangun sampai tingkat desa. Berdasarkan parliamentary threshold, Partai Golkar dapat mengusung sendiri tanpa koalisi.

Nama Ardito Wijaya, yang mencoba peruntungan naik dari 2 G ke 1 G. Dibeberapa banner yang tersebar, namanya dilekatkan dengan nama politikus legend yakni Pairin yang tidak lain adalah sang ayah. Berbeda dari sang ayah yang berwarna kuning dibawah beringin, Ardito mencoba membesarkan partai bersutan Cak Imin. Ardito tampaknya punya pesaing internal yakni Maksum Asrori mantan anggota DPRD Provinsi. Kendati gerakan nya kalah massif dengan Ardito, belakangan nama Gus Maksum ini tampaknya tidak akan mudah disingkirkan dari papan catur.

Kemudian, PKB dengan 8 kursinya masih harus menenteng 1 partai dengan 5 kursi parlemen atau sedikitnya 12 kursi agar aman dari ‘tikungan maut’ sebelum penetapan KPU pada September mendatang. Wajar, kecelakaan perahu bocor kerap terjadi menjelang pendaftaran di KPU. Pilihanya ada nama Sumarsono (PDIP), Komang Koheri (PDIP), Jauhari Subing (PKS), Indra Jaya (Demokrat) atau nama Ilyas Hayani Muda (Gerindra).

Santer kemudia nityzen dan citizen mencoba meramu pasangan-pasangan yang akan melenggang ke KPU Kabupaten. Namun diketahui, terdapat 1 nama dari PDIP yang agaknya menjadi kuda hitam. Komang Koheri, walau gagal duduk kembali di DPR RI, nama Komang perlu diperhitungkan. Belum lagi nama Ilyas Hayani Muda yang juga pernah berpengalaman dalam pemilihan kepala daerah ketika berpasangan dengan Alm Lukman Dj walau harus tumbang. Namun kembali lagi, ini adalah ajang pilkada yang treatment dan strateginya jauh berbeda dengan pileg lalu. tim

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.