JAKARTA (PeNa) – Indonesia disebut sebagai salah satu hotspot munculnya penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi wabah atau pandemi di Asia. Namun, melihat luasnya wilayah Indonesia ini, apakah Indonesia siap menghadapi pandemi? Dikutip dari detik.com, beberapa ahli kesehatan menjelaskan tentang salah satu tantangan besar dunia kesehatan itu.
dr Sigit Priohutomo, Deputi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) RI menyebutkan walau pandemi kebanyakan terjadi di luar Indonesia, tetapi Indonesia tetap perlu waspada. Terakhir pandemi yang tercatat di Indonesia adalah flu burung yang menewaskan 168 orang, menjadikan negara ini dengan korban terbanyak di dunia, dan disebut berpotensi kembali jadi pandemi.
Sigit menegaskan bahwa fokus Indonesia kini adalah pencegahan, di mana ia menyebut bahwa kesiapan Indonesia sudah sangat baik dan kuat. Misalnya dengan program SIZE atau Sistem Informasi Zoonosis dan Penyakit EID (emerging infectious diseases), yang berfungsi sebagai pemberi informasi apabila ada masalah di daerah baik pada binatang maupun jika sudah tertular ke manusia.
Dr N Paraniethatan, perwakilan WHO untuk Indonesia dan Timor Leste menyetujui hal tersebut. Baginya, Indonesia punya pengalaman dalam mengeliminasi penyakit pandemi sehingga menjadi bekal untuk mencegah dan antisipasi pandemi selanjutnya.
“Satu, Indonesia telah sukses mencegah sejumlah wabah dan memiliki pengalaman. Kedua, mereka punya rencana yang solid dan kerangka kerja yang resmi (legal framework) yang sangat membantu dan juga mekanisme koordinasi. Seluruh bagian Indonesia telah sangat siap, walau ada 13 ribu lebih pulau dan mungkin banyak tantangan di sana, namun Indonesia punya kemampuan dan kapasitas untuk hal tersebut,” tuturnya kepada detikHealth.
Yang menjadi kekurangan hanyalah kesatuan informasi, komitmen dan koordinasi untuk selalu waspada. Pandemi masih bisa ditekan bahkan sampai tidak muncul, sehingga mitigasi diharapkan bisa masih ditingkatkan.
“Semua penyakit berpotensi menjadi pandemi. Dalam hal ini pandemi lebih banyak berasal dari hewan, kalau bisa kita cegah hanya di hewannya juga sudah sangat bagus sekali. Kan kita concernnya jangan sampai menyebar ke manusia,” tutup Sigit.